Pribadi yang Berbeda

Mujahid bunda tersayang, Abang Umar, usianya menjelang enam tahun dan belum bisa membaca. Bukan tak bisa. Tapi memang belum ada kemauan untuk membaca. Dia lebih suka berhitung dan menulis. Bunda tak bisa memaksa. Jika bunda paksa, tentu tak bagus hasilnya untuk perkembangan emosionalnya.

Umar terlihat selalu stres bila bunda ajak untuk membaca. Dia mulai melakukan negosiasi, "Gimana kalo tambah-tambahan aja, Bun?" atau "Nulis aja deh, Bun. Ya? Tapi lima baris, jangan banyak-banyak." atau "Bunda, aku gak mau baca. Aku maunya main pazel (puzzle)." Kalau sudah begini, kadang susah juga mau jawab apa lagi.

Ditambah, Umar sudah 'keracunan' film kartun di televisi. Ada saja rayuan mautnya. "Bun, Shaun The Sheep nih!" atau "Bun, udah jam lima nih. Kartun dong!" atau "Bunda sayang, bunda cantik, nonton dong. Nyalain ya tivinya?"  Padahal jatah nonton hanya tiga jam setiap hari, itu pun sudah maksimal. Tetapi ada saja rayuannya. "Tunggu, Bun! Tuh ada lagi kartunnya." =.='

Dan Umar semakin sensitif. Juga pemberontak. Bunda memahaminya. Bunda mengerti kenapa Umar menjadi seperti itu. Saat ini, Bunda tak bisa berbuat banyak kecuali memeluknya dan meminta maaf karena membuat hatinya terluka.

Sebenarnya bunda tak ingin memaksa Umar belajar membaca hanya karena melihat teman sebayanya sudah bisa. Bunda tahu bahwa hal itu malah bisa membuat Umar semakin minder dan tertekan. Jadi Bunda sedang berusaha untuk belajar memahami Umar yang mulai memiliki pendapatnya sendiri. Umar sudah besar :)

Salman apa kabar? Wow, dia juga sudah pandai protes bila keinginannya tidak langsung dipenuhi. Salman lebih mandiri. Makan maunya sendiri. 'Membaca' buku favoritnya pun sendiri. Main juga gak mau ditemenin. Ah, memang berbeda karakter ya?

Salman sangat sensitif. Dan dia bisa langsung memukul orang yang dianggapnya telah 'menyakitinya'. Padahal tak ada yang mengajarkannya seperti itu. Duh, Bunda sepertinya lengah nih! >_<

Mereka berdua jika sudah berantem, ya benar-benar menggunakan seluruh tenaga. Bunda sampai pusing melihat mereka kalau sudah saling sikut, tonjok, pukul, tendang. Masin-masing ingin menunjukkan kekuatannya. Waow, Bunda yang panik. "Umar, badan dek Salman lebih kecil dari kamu!" atau "Salman, jauh-jauh dari Abang, hati-hati!" Dan berakhir jika salah satu sudah ada yang menangis....

Oow.... dua permata hati Bunda benar-benar sudah besar....

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda