Gaya Bicara Pada Anak

Elizabeth Hartley dalam bukunya “Happy Children Through Positive Parenting” menyatakan bahwa gaya bahasa negatif mengakibatkan anak stress : merasa terhina, direndahkan, merasa tidak penting, merasa tidak mampu,tidak dihargai dsb. Selain itu mempengaruhi juga perkembangan anak secara negatif sehingga dapat menghambat anak dalam menggali berbagai potensi diri. Task Force for Personal and Social Responsibilities di Amerika menjelaskan bahwa setiap hari orang mendengarkan 432 kata dan kalimat negatif dan hanya 32 kata dan kalimat positif. Sebanyak 80 persen kata-kata itu menyakitkan, memberikan dampak psikologis buruk dan tidak memotivasi orang untuk bangkit. Sisanya, orang bertahan meskipun mendengar kata-kata tersebut. Oleh karena itu orang tua perlu belajar untuk tidak marah berlebihan apalagi mengancam anak. 

Ada beberapa contoh gaya bahasa negatif (GBN), dampaknya pada anak dan gaya bahasa positif (GBP) yang dapat dilakukan oleh orang tua terhadap anak pra sekolah maupun usia sekolah. Berikut contoh-contoh tsb :
*Melabel.
GBN : “Kok kamu ini males banget, ya..! Habis main selalu saja berantakan !”
Efek pd anak : anak tumbuh menjadi individu yang juga senang melabel orang lain.
GBP : ”Sayang, kalau mainan ini dirapihkan kembali, pasti kamarmu jadi rapi. Ayo bunda bantu !”
*Penolakan.
GBN : ”Bunda nggak akan ngajak kamu pergi lagi, soalnya kamu suka rewel dan banyak maunya”
Efek : Anak sulit untuk kooperatif/kerjasama dan sering melakukan penolakan juga.
GBP : ”Kamu boleh ikut bunda/ayah belanja ke supermarket, tapi kita hanya beli sayur, buah dan susu saja ya !”
*Merendahkan/tak menghargai.
GBN : ”Bunda nggak peduli apa alasan kamu, pokoknya bunda minta habis olah raga atau berenang, bajumu dan perlengkapan olah ragamu harus kembali !”
Efek : Anak suka memaksakan kehendak, selalu merasa paling benar dan tak memiliki kemampuan mengembangkan alternatif atau pilihan lainnya. 
GBP : ”Apa yang bunda bisa lakukan untuk membantu, agar tiap usai olah raga atau berenang, kamu selalu ingat untuk membawa kembali peralatan olah ragamu ?”
*Mengembangkan perasaan rendah diri.
GBN : ”Kalau kamu selalu nakal kaya begini, nanti bunda panggilkan polisi/satpam deh!”
Efek : Anak jadi seseorang yang senang menakut-nakuti atau mengancam.
GBP : “Bunda merasa sedih, bila kamu suka mengerjakan apa yang kamu inginkan, tanpa memberitahu bunda”
*Merendahkan kemampuan anak.
GBP : “Apa sulitnya sih pelajaran Bahasa Indonesia, masa’ cuma dapat 60 !?
Efek : Anak akan merendahkan kemampuan orang lain, sulit menghargai usaha baik orang lain, selalu melihat sisi negatif orang lain.
GBP : “Nak, lain kali nilaimu pasti bagus, asal kamu belajar sebaik mungkin !”
*Mengancam anak.
GBN : “Duh sarapan saja susahnya minta ampun. Terserah kamu deh. Nanti kalo di sekolah kamu pingsan, bunda gak mau tahu !”
Efek : anak mempunyai perilaku suka mengancam, melihat sisi negatif dari suatu hal dan perasaan khawatir yang tinggi.
GBP : “Nak, sebelum berangkat sekolah, sebaiknya kamu sarapan dulu. Itu penting, apalagi hari ini khan ada pelajaran olah raga.
Seperti nasehat aa Gym: mulailah dari sekarang, mulailah dari yang kecil dan mulailah dari yang terdekat. Yuk, mulai sekarang kita belajar merubah gaya bahasa kita menjadi positif, khususnya pada anak-anak kita. Tiada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik. Semangaaaat :)
Sumber : artikel di tabloid Nakita dan penelusuran materi di internet

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda