Berikut ini artikel dari SINI tentang manfaat anak belajar di dapur. Baca yuk!

----------------

Usia balita 4-5 tahun. 
Anak usia ini sudah mulai memahami sebab akibat. Mintalah dia berhati-hati saat menggunakan peralatan dapur. Kenalkan peralatan apa saja yang aman dipakainya dan berikan alasannya.  Stimulasi yang bisa diberikan lebih mengarah pada kemampuan kognitif, psikomotorik, dan bahasa. Beberapa tugas di dapur yang bisa dilakukannya adalah:
  • Asah motorik halusnya dengan mendekorasi makananan. Misalnya, mengoleskan mentega atau selai atau menaburkan cokelat atau keju di atas roti atau kue.  
  • Lambungkan kreatifitas dan imajinasinya dengan menghias kue atau makanan lainnya.
  • Latih logika berpikir anak tentang tahapan suatu proses hasil karya dengan mengajaknya membuat adonan kue hingga kue siap disantap.
  • Tambah pengetahuannya tentang makanan sehat dengan memintanya menyebutkan setiap bahan makanan yang digunakan. Hal ini sekaligus akan melatih daya ingatnya.
  • Kenalkan tekstur bahan makanan dengan meminta anak mencampur air dengan terigu dan telur hingga menggulung  adonan. Jangan lupa  ajarkan dia untuk selalu mencuci tangan lebih dulu untuk mengajarkannya tentang kebersihan dan kesehatan dalam memasak.
  • Stimulasi indera perasanya dengan mencoba mencicipi bahan makanan baru.
  • Ajarkan anak kebersihan dengan mencuci buah dan sayur.  Lalu minta dia memisahkan buah dan sayur ke dalam dua wadah yang berbeda. Ini akan melatihnya mengenal buah dan sayur sekaligus belajar mengelompokkan suatu benda.

Anak usia 6-10 tahun. 
Tangan anak sudah bisa lebih terkoordinasi. Keseimbangannya juga sudah lebih baik.  Jadi Anda bisa memberikannya tugas-tugas memasak yang lebih membutuhkan ketrampilan tangan.  Anak juga sudah bisa membaca dan memahami angka. Beberapa tugas di dapur yang bisa dilakukannya adalah:
  • Anak sudah bisa menggunakan pisau kecil dengan tingkat ketajaman yang rendah, tentunya tetap dalam pengawasan Anda. Ajari dia memotong atau mengupas bahan makanan yang mudah.
  • Asah motorik halusnya dengan memetik sayuran.
  • Asah kecerdasan visualnya lewat menghias suatu makanan seperti kue. Ini juga akan membuatnya lebih mengenal warna, arah, ruang dan bentuk.
  • Asah ketrampilannya membaca dan berhitung dengan mengajaknya ikut membaca resep sederhana dan menimbang bahan-bahan makanan.
  • Kenalkan dia dengan berbagai bentuk lewat mencetak adonan kue.
  • Latih indera penciuman dan daya ingat lewat permainan mengenal bumbu-bumbu dapur. Caranya: ambil beberapa bumbu dapur , sebutkan namanya dan minta anak mencium baunya dan mengingat namanya. Setelah itu uji pengetahuan dan daya ingatnya dengan memintanya mengambilkan bumbu yang ingin Anda gunakan dalam memasak.
  • Kenalkan berbagai macam cara mengolah bahan makanan. Seperti bagaimana mengukus dan memanggang makanan dengan cara yang aman tentunya.
  • Ajarkan kebersihan memasak dengan mengumpulkan dan membuah sisa-sisa bahan makanan yang sudah tidak bisa digunakan.

Anak usia 11-15 tahun. 
Usia ini anak sudah mulai mandiri. Kecerdasan motorik maupun visualnya juga lebih berkembang. Anda bisa memberinya tugas  seperti yang orang dewasa lakukan, namun tetap sesuaikan dengan kemampuanya dan perhatikan keamanannya. Beberapa tugas di dapur yang bisa dilakukannya adalah:
  • Pilihkan menu yang lebih banyak membutuhkan bahan makanan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
  • Anak bisa diajarkan untuk mengolah makanan dengan cara menggoreng. Namun tetap di bawah pengawasan Anda.
  • Anak sudah bisa mengiris bawang, memarut keju,  atau melumatkan kentang. Bisa juga ajarkan dia menggunakan blender.
  • Beri dia tantangan membuat hidangan sederhana sendiri dan minta menulis resepnya serta memberi nama hidangan tersebut. Atau ajak dia beli buku resep simple dan ajak dia memprakterkannya. Supaya lebih semangat dalam memasak, Anda bisa mengajaknya belanja peralatan dapurnya sendiri.
  • Dorong kreatifitasnya dengan tantangan mengolah sisa bahan makanan yang masih bisa digunakan dan selalu libatkan anak ketika memilih bahan makanan.
  • Ajari untuk membereskan peralatan dapur setelah memasak termasuk membuang sampah dan mencuci piring.  
  • Untuk meningkatkan rasa percaya dirinya, buatkan playdate di mana anak bisa mengundah teman-temanya untuk mencicipin hidangan buatannya sendiri. Dia pun akan sangat bangga!

Mengapa Harus Mengantri?

Seorang guru di Australia pernah berkata:

“Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”

“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Kerena yang terjadi di negara kita justru sebaliknya.

Inilah jawabannya:

Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.
Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.
Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.
”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?”

”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;”

Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..
Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.

dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.

Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”
Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.
Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.
Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.
dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga?

Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?

Ah sayang sekali jika orang tua, guru, dan Kementrian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.

Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral?

Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini?

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia. Mari kita ajari generasi muda kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik... .

================
Sumber tulisan: di sini

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda